Mengenal Tes EPPS: Sejarah, Definisi, dan Implementasinya

Vionisya

Tes EPPS

Ketika berada pada tahapan seleksi karyawan, seringkali kita diharuskan untuk memberikan serangkaian psikotes.

Psikotes atau tes psikologi yang dapat disajikan sangatlah beragam, seperti tes bakat, tes minat, tes kepribadian, dan sebagainya.

Tes kepibadian dianggap penting dan seringkali digunakan untuk menyaring atau memilih karyawan pada suatu perusahaan.

Salah satunya ialah tes Edward’s Personal Preference Schedule (EPPS).

Nah, penasaran apa itu tes EPPS?

Bagaimana sejarah perkembangan tes EPPS? Dan bagaimana mengimplementasikannya dalam industri organisasi?

Yuk, simak rangkaian penjelasan berikut ini.

Mengenal Tes EPPS

Sejarah Tes EPPS

Tes EPPS (Edward’s Personal Preference Schedule) pertama kali dikembangkan pada tahun 1954 oleh Allen L. Edwards, seorang psikolog dan profesor asal Amerika Serikat.

Walaupun tes EPPS dikembangkan oleh Edwards, dasar teori yang digunakan mengacu pada konsep kebutuhan (needs) Henry A. Murray.

Perlu kita ketahui, Murray berpendapat bahwa kebutuhan atau needs kita akan membentuk dorongan bagaimana kita berpikir dan bertindak, sehingga akan mempengaruhi bagaimana kepribadian yang terbentuk.

Lebih detail, tes EPPS pertama kali dipublikasikan oleh The Psychological Corporation (yang saat ini dikenal sebagai Harcourt Assessment), diikuti dengan beberapa penerbit lainnya pada beberapa negara.

Hingga saat ini, tes EPPS telah direvisi sebanyak dua kali.

Revisi pertama dilakukan perbaikan pada sistem skoring dan penambahan bibliography (dari 9 menjadi 82 sumber referensi).

Dan revisi kedua dilakukan pada salah satu aspek kepribadian ‘heterosexuality’, yang tidak dapat digunakan oleh kaum LGBTQ (Lesbian-Gay-Bisexual-Transgender-Queer).

Apa itu Tes EPPS?

Tes EPPS (Edward’s Personal Preference Schedule) merupakan salah satu psikotes kepribadian yang didasarkan pada teori kebutuhan (needs) Murray.

Menurut Murray (2008), ketika kita memiliki suatu kebutuhan (needs), kita akan merasakan suatu dorongan dalam wilayah otak kita yang mengatur berbagai proses, seperti persepsi, pikiran, dan tindakan.

Hal ini tentu saja bertujuan untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan menjadi sebuah kondisi baru yang memuaskan.

Beberapa penjelasan itulah yang menjadi alasan mengapa konsep kebutuhan Murray menjadi amat penting untuk menjelaskan kepribadian individu.

Aspek Kepribadian Tes EPPS

Nah, berdasarkan teori kebutuhan (needs) Murray tersebut, Edward mengkategorikan kebutuhan (needs) menjadi 15 kategori, yang dijelaskan sebagai berikut.

Achievement (ach)

Kebutuhan achievement (ach) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan baik.

Umumnya, orang dengan kebutuhan achievement (ach) yang tinggi akan tertarik pada hal-hal yang rumit dan menantang.

Deference (def)

Aspek deference (def) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan apa yang diharapkan orang lain.

Umumnya, orang dengan deference (def) yang tinggi akan cenderung meminta bantuan orang lain ketika hendak mengambil keputusan.

Order (ord)

Kebutuhan order (ord) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk taat dan patuh pada perintah atau peraturan yang telah ditetapkan, juga pada hal-hal yang telah direncanakan.

Umumnya, orang dengan kebutuhan order (ord) yang tinggi akan cenderung memiliki pribadi yang tertib, teratur, dan rapi.

Exhibition (exh)

Kebutuhan exhibition (exh) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk menjadi pusat perhatian di muka umum.

Umumnya, orang dengan kebutuhan exhibition (exh) yang tinggi akan suka menampilkan atau menunjukkan hal-hal yang dibanggakan (misal, prestasi atau pencapaian).

Autonomy (aut)

Kebutuhan autonomy (aut) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk independen dan tidak bergantung pada orang lain.

Umumnya, orang dengan kebutuhan autonomy (aut) yang tinggi akan cenderung melakukan hal-hal sendiri tanpa campur tangan dari orang lain (misal, pengambilan keputusan).

Affiliation (aff)

Kebutuhan affiliation (aff) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk mengambil bagian dalam suatu kelompok atau komunitas.

Umumnya, orang dengan kebutuhan affiliation (aff) yang tinggi akan cenderung loyal, suka melakukan aktivitas bersama dengan orang lain, memiliki kerja sama yang tinggi, dan suka berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.

Intraception (int)

Kebutuhan intraception (int) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk memahami perasaan orang lain.

Umumnya, orang dengan kebutuhan intraception (int) yang tinggi akan cenderung menganalisa perasaan orang lain, sehingga memiliki empati yang tinggi.

Succorance (suc)

Kebutuhan succorance (suc) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk menerima bantuan yang diberikan orang lain kepada dirinya.

Umumnya, orang dengan kebutuhan succorance (suc) yang tinggi akan cenderung ingin dimengerti, dan suka menerima simpati orang sekitar.

Dominance (dom)

Kebutuhan dominance (dom) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk mendominasi, mempengaruhi, dan mengatur orang lain.

Umumnya, orang dengan kebutuhan dominance (dom) yang tinggi akan cenderung memiliki jiwa pemimpin.

Abasement (aba)

Kebutuhan abasement (aba) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk merasa bersalah dan menerima tuduhan yang diajukan padanya.

Umumnya, orang dengan kebutuhan abasement (aba) yang tinggi akan seringkali merasa takut dan rendah diri.

Nurturance (nur)

Kebutuhan nurturance (nur) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk membantu dan menunjukkan dukungan pada orang lain.

Umumnya, orang dengan kebutuhan nurturance (nur) yang tinggi akan cenderung mudah memaafkan, dermawan, suka menolong, dan memiliki jiwa prososial yang tinggi.

Change (chg)

Kebutuhan change (chg) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk melakukan hal baru, mengikuti perkembangan jaman, dan mengikuti perubahan tren yang ada.

Umumnya, orang dengan kebutuhan change (chg) yang tinggi akan cenderung memiliki rasa ingin tahu dan kreativitas yang tinggi.

Endurance (end)

Kebutuhan endurance (end) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk memiliki rasa tanggung jawab pada tugas atau pekerjaan yang dimiliki.

Umumnya, orang dengan kebutuhan endurance (end) yang tinggi akan cenderung tekun dan tidak ingin diganggu ketika mengerjakan sesuatu, sehingga flow dan bertanggung jawab menyelesaikan apa yang sedang dikerjakan.

Heterosexuality (het)

Kebutuhan heterosexuality (het) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk bergaul bebas dengan lawan jenis.

Umumnya, orang dengan kebutuhan heterosexuality (het) yang tinggi akan cenderung aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang dihadiri oleh lawan jenis.

Aggression (agg)

Kebutuhan aggression (agg) dapat dikategorisasikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk melakukan agresi pada orang lain.

Umumnya, orang dengan kebutuhan aggression (agg) yang tinggi akan cenderung berlawanan atau bertentangan dengan orang lain (misal, perbedaan pandangan atau pendapat).

Implementasi Tes EPPS dalam Industri dan Organisasi

Tes EPPS

Penerapan atau implementasi dari tes EPPS dalam bidang industri dan organisasi sangatlah beragam.

Tes EPPS dapat berfungsi sebagai salah satu alat ukur psikologi yang mampu menyeleksi, mengklasifikasikan, dan mendeskripsikan kepribadian seseorang.

Fungsi Seleksi Tes EPPS

Tes EPPS dapat digunakan sebagai salah satu assessment tools yang efektif untuk menyeleksi atau memilih calon karyawan yang sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Kelebihannya, tes EPPS dapat dilengkapi atau digantikan dengan psikotes wawancara, sehingga efektif untuk mengukur sejumlah variable yang hendak diungkap.

Fungsi Klasifikasi Tes EPPS

Tes EPPS dapat digunakan untuk mengelompokkan seseorang kedalam kelompok-kelompok sejenis berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan.

Dalam penempatan posisi karyawan, tes EPPS dapat membantu memahami kategorisasi kepribadian karyawan dan menentukan dimana posisi yang paling tepat bagi karyawan tersebut.

Fungsi Deskripsi Tes EPPS

Tes EPPS dapat pula membantu perusahaan untuk memahami profil dari karyawan-karyawannya.

Tes EPPS dapat mendeskripsikan atau menjelaskan berbagai profil seseorang, seperti kepribadian, perilaku, hingga bakat dan minat orang tersebut.

Hal ini sangatlah bermanfaat dalam proses pelatihan dan pengembangan karyawan kedepannya (training and development).

Artikel Terkait: Mengenal Tipe Kepribadian dengan Tes PAPI-Kostick

Kesimpulan

Tes EPPS (Edward’s Personal Preference Schedule) merupakan salah satu jenis tes kepribadian yang dimaksudkan untuk mengukur atau menggambarkan kekuatan kebutuhan (needs) seseorang berdasarkan teori kebutuhan Murray.

Terdapat beberapa kategorisasi kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray, yaitu Achievement, Deference, Order, Exhibition, Autonomy, Affiliation, Intraception, Succorance, Dominance, Nurturance, Abasement, Change, Endurance, Heterosexuality, dan Aggression.

Tes EPPS dapat diterapkan dalam berbagai bidang industri organisasi, seperti pada rekrutmen seleksi, penempatan karyawan, hingga proses pelatihan dan pengembangan (training and development).

Nah, sekian penjelasan singkat terkait pengenalan alat tes EPPS (Edward’s Personal Preference Schedule).

Terima kasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran dotcom, semoga artikel singkat ini bermanfaat.

Salam sukses, sehat, dan bahagia.

Picture: Freepik