Big-Five Personality: Lima Kepribadian Manusia, Apa Saja?

Vionisya

Big-Five Personality

Big-Five Personality, yang juga dikenal dengan istilah Five-Factor Model, merupakan salah satu konsep kepribadian yang paling banyak dipegang teguh oleh para psikolog saat ini.

Konsep big-five personality memuat lima faktor inti kepribadian yang seringkali disingkat menjadi CANOE atau OCEAN.

Penasaran mengenai apa itu big-five personality dan bagaimana kaitannya dengan konteks industri organisasi?

Mari simak penjelasan berikut ini!

Sejarah Big-Five Personality

Pada tahun 1936, Gordon Allport dan Henry Odbert pertama kali menyusun daftar dari 4.500 istilah yang berkaitan dengan ciri kepribadian manusia.

Dilanjutkan dengan Raymond Cattell dan rekannya, pada tahun 1940-an, dengan mempersempit daftar Allport dan Odbert menjadi 16 sifat kepribadian menggunakan analisis faktor.

Namun, menurut beberapa psikolog, seperti Donald Fiske, Norman, Smith, Goldberg, dan McCrae & Costa, ke-16 sifat dasar manusia tersebut masih bisa dipersempit dan dijadikan sebagai lima sifat inti dari manusia, yaitu big-five personality.

Secara khusus, Lewis Goldberg sangatlah menganjurkan lima kepribadian dalam big-five personality, hingga karyanya diperluas oleh McCrae & Costa yang menegaskan validitas dari kelima dimensi kepribadian big-five personality tersebut.

Apa itu Big-Five Personality?

Big-five personality atau yang dikenal juga dengan sebutan five-factor model,dapat menjelaskan lima sifat atau traits manusia yang hampir stabil dalam sepanjang hidup manusia (tidak berubah).

Lalu, menurut Anda, apakah big-five personality hanya dipengaruhi oleh gen bawaan saja?

Tentu saja, TIDAK!

Konsep big-five personality dipengaruhi oleh gen (nature) dan lingkungan sekitar (nurture) dengan perbandingan 50:50.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kelima kepribadian dalam big-five personality secara signifikan dipengaruhi oleh gen dan dapat diwariskan atau diturunkan.

Big-five personality juga dapat memprediksi berbagai hasil kehidupan tertentu, seperti dalam konteks pendidikan dan kesehatan seseorang.

Big-five personality merupakan suatu konsep kepribadian manusia yang diringkas menjadi lima faktor inti.

Apa saja kelima kepribadian inti tersebut?

Lima Tipe Kepribadian

Big-Five Personality

Conscientiousness (C)

Dimensi kepribadian conscientiousness dalam big-five personality ini menggambarkan kemampuan seseorang dalam mengatur kontrol impuls untuk terlibat dalam perilaku yang mengarah pada tujuan tertentu.

Seseorang dengan nilai conscientiousness yang tinggi akan cenderung disiplin, terorganisir, patuh, dan berhati-hati.

Sebaliknya, apabila seseorang memiliki nilai conscientiousness yang rendah, maka cenderung impulsif, ceroboh, suka menunda-nuda, dan tidak teratur dalam bertindak.

Agreeableness (A)

Dimensi kepribadian agreeableness dalam big-five personality ini menggambarkan bagaimana seseorang memperlakukan orang lain, bagaimana orientasi dan interaksi seseorang dengan orang lain, ataupun bagaimana seseorang memandang hubungannya dengan orang lain.

Kepribadian seseorang yang tinggi dalam agreeableness akan cenderung suka membantu, cenderung memaafkan, memiliki rasa empati, dan memiliki rasa percaya yang tinggi pada orang lain.

Sedangkan, seseorang yang rendah dalam agreeableness akan cenderung skeptis, keras kepala, tidak peduli dengan perasaan orang lain, suka menaruh curiga pada orang lain, dan kurang kooperatif.

Neuroticism (N)

Dimensi kepribadian neuroticism dalam big-five personality menggambarkan bagaimana stabilitas emosi seseorang secara keseluruhan berdasarkan cara mereka memandang dunia sekitar.

Seseorang dengan kecenderungan neuroticism akan lebih rentan, memiliki tingkat stress yang lebih tinggi, moody, mudah cemas, mudah tersinggung, dan cenderung pesimis terhadap segala hal.

Sedangkan seseorang yang rendah neuroticism akan cenderung lebih tenang, stabil secara emosional, jarang tertekan, dan cenderung percaya diri.

Openness to Experience (O)

Dimensi kepribadian openness to experience dalam big-five personality merujuk pada kesediaan atau kemauan seseorang untuk mencoba hal-hal baru, serta terlibat dalam aktivitas imajinatif dan intelektual.

Seseorang yang terbuka dengan pengalaman baru akan cenderung imajinatif, kreatif, selalu penasaran, dan spontan, dibandingkan seseorang yang kurang terbuka dengan hal-hal baru (pribadi yang konvensional, serta lebih suka rutinitas dan praktis).

Extraversion (E)

Dimensi kepribadian extraversion dalam big-five personality menggambarkan kecenderungan atau intensitas seseorang dalam mencari interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya, serta bagaimana seseorang memperoleh energinya (dari luar ataukah dalam).

Seseorang yang ekstrovert akan cenderung suka bergaul, ramah, senang menjadi pusat perhatian, suka bersenang-senang, dan memperoleh energi dengan berinteraksi di lingkungan sosialnya.

Sedangkan seseorang yang introvert akan lebih suka diam, reflektif, tidak suka menjadi pusat perhatian, cenderung menyendiri, dan melepaskan energi ketika berinteraksi di lingkungan sosial (menjadi cepat lelah).

Implementasi Big-Five Personality dalam Industri dan Organisasi

Terkait dengan kinerja karyawan dalam suatu perusahaan, tampaknya skor conscientiousness menjadi prediktor terkuat dibandingkan keempat dimensi kepribadian big-five personality lainnya.

Karyawan dengan skor conscientiousness yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi, dimana hal ini akan mengarah pada kinerja karyawan yang tinggi.

Walaupun dimensi kepribadian conscientiousness menjadi prediktor terkuat, adanya dimensi agreeableness dan neuroticism juga memiliki pengaruh yang signifikan.

Dalam suatu tugas yang melibatkan kerja sama tim yang baik, dimensi agreeableness dan neuroticism diperlukan untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Namun, dimensi kepribadian agreeableness memiliki hubungan negatif dengan tingkat proaktivitas karyawan.

Maksudnya, semakin tinggi skor kepribadian karyawan dalam dimensi agreeableness, maka karyawan akan cenderung kurang tegas dalam mengambil keputusan atau tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Sebab itulah, karyawan akan kurang mampu beradaptasi dalam lingkungan kerja, sehingga mengarah pada kurangnya skor pada dimensi openness to experience.

Karyawan dengan skor tinggi pada dimensi openness to experience memang cenderung proaktif, namun cenderung tidak efisiensi dalam kerja tim.

Selanjutnya, terkait dengan kepemimpinan, dimensi extraversion dalam big-five personality merupakan salah satu prediktor terkuat dalam kepemimpinan, keberhasilan penjualan, dan posisi manajemen.

Artikel Terkait: Kepribadian Konsumen dan Brand-Personality: Apa Kaitannya?

Kesimpulan

Konsep big-five personality memuat gambaran kepribadian manusia yang diringkas kedalam lima faktor inti, yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism.

Setiap dimensi kepribadian big-five personality diukur dalam kontinum, dan individu dapat berada pada tingkatan atau skor manapun dalam spektrum tersebut.

Big-five personality juga memiliki kaitan erat dengan berbagai bidang, seperti hubungan antar manusia, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.

Sebab itulah, big-five personality tidak hanya digunakan dalam bidang klinis, melainkan juga dalam praktik di dunia kerja.

Sebagai penutup, menurut Anda, apakah memungkinkan apabila seseorang memiliki skor tinggi dalam beberapa atau bahkan seluruh dimensi kepribadian big-five personality?

Tuliskan pendapat Anda pada kolom komentar di bawah!

Terima kasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran dotcom, semoga artikel singkat ini bermanfaat.

Salam sukses, sehat, dan bahagia.

Picture: Freepik