Budaya Konsumen
Perlu kita ketahui, bahwa budaya membawa pengaruh yang besar dalam perilaku konsumen.
Besar kemungkinan produk atau layanan yang kita jual, akan gagal di pasar dengan budaya baru yang benar-benar berbeda.
Seiring dengan berkembangnya bisnis, tentu saja kita akan mulai memasuki wilayah baru yang lebih luas, bahkan hingga beroperasi pada lebih dari satu negara.
Contohnya, seperti perusahaan multinasional yang beroperasi dalam dua geografi dan dua budaya yang berbeda.
Sebab itulah, penting untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya konsumen terhadap perilaku konsumen.
Budaya Konsumen
Berbeda negara, tentu saja akan memiliki budaya yang berbeda pula.
Mari kita ambil contoh sederhana dari dua negara besar di Asia dan Amerika, yaitu China dan Amerika Serikat.
Di China, perihal usia, status perkawinan, pendapatan, dan sebagainya, merupakan hal yang dianggap wajar untuk ditanyakan.
Namun, di Amerika Serikat, hal-hal tersebut dianggap tabu dan tidak sopan untuk ditanyakan kepada orang lain.
Selanjutnya, di China memiliki budaya untuk selalu membawa hadiah ketika mengunjungi rumah orang lain.
Hal ini tentu saja berbeda dengan Amerika Serikat.
Contoh lainnya, pola pengeluaran negara dengan perekonomian tingkat menengah ke atas akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan negara dengan perekonomian tingkat menengah ke bawah.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh tingginya pendapatan dan rendahnya perilaku menabung pada negara perekonomian tingkat menengah ke atas.
Nah, berdasarkan beberapa contoh sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa budaya konsumen dapat dengan mudah mempengaruhi bagaimana perilaku pembelian konsumen.
Aspek Budaya Konsumen, Apa Saja?
Secara harfiah, terdapat beberapa hal kecil yang dapat membentuk budaya konsumen.
Dalam konteks pemasaran, terdapat tiga aspek dalam budaya konsumen yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perilaku konsumen.
Apa saja ketiga aspek tersebut?
Budaya Secara Keseluruhan
Setiap konsumen dengan latar belakang kenegaraan yang berbeda, tentu saja akan memiliki latar belakang budaya yang berbeda pula.
Budaya konsumen inilah yang merupakan salah satu kunci dalam bagaimana konsumen berperilaku.
Umumnya, budaya konsumen akan menentukan bagaimana pola pembelian konsumen.
Kita ambil contoh mengenai strategi yang diterapkan oleh McDonald’s.
Pernahkah terbesit dalam benak Anda, strategi apa yang diterapkan McDonald’s agar sukses berekspansi ke luar Amerika Serikat?
Salah satu cara yang dilakukan adalah menyesuaikan cita rasa burger khas McDonald’s berdasarkan budaya negaranya.
Jenis burger McDonald’s yang tersedia di Amerika Serikat, Inggris, India, bahkan China, tentu saja akan berbeda-beda tergantung budaya negara setempat.
Subkultur
Budaya dalam suatu negara mungkin dapat kita pahami dalam skala makro.
Namun, terdapat beberapa negara yang memiliki subkultur berdasarkan pembagian agama dan geografisnya.
Mari kita ambil contoh, Indonesia, dengan pembagian wilayah beserta karakteristik budayanya masing-masing.
Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, memiliki budaya dan gaya hidup yang sangatlah berbeda dengan kota-kota kecil atau pedesaan di Indonesia.
Ketika McDonald’s mulai memasuki wilayah Indonesia, mungkin dalam tingkat budaya secara makro, semua konsumen akan membeli McDonald’s yang sama.
Namun, tingkat penjualan di kota-kota besar akan lebih tinggi dibandingkan dengan di kota-kota kecil atau bahkan pedesaan.
Kelas Sosial
Pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen akan terlihat dengan jelas apabila diamati berdasarkan kelas sosial konsumen.
Kelas sosial mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan konsumen.
Mungkin, konsumen dengan kelas sosial menengah ke atas, harus membeli Mercedes Benz untuk menunjukkan kelas sosialnya.
Namun, konsumen dengan kelas sosial menengah ke bawah, akan senang hanya dengan memiliki sebuah sepeda.
Nah, hal ini menunjukkan bahwa apapun yang konsumen kenakan, apapun yang konsumen kendarai, produk apapun yang digunakan konsumen, semuanya ditentukan berdasarkan kelas sosial konsumen.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menanggapi adanya kelas sosial ini?
Mari kita ambil contoh strategi yang diterapkan oleh BMW.
BMW memiliki beberapa kategori produk yang disusun berdasarkan kelas sosial konsumen, yaitu normal, premium, dan super premium.
Hal ini memungkinkan konsumen memilih sendiri produk BMW yang sesuai dengan kelas sosial konsumen.
Contoh lainnya, kita dapat memilih atau menentukan sendiri dimana dan seperti apakah target pasar kita.
Apakah konsumen dengan kelas sosial atas? Ataukah kelas sosial menengah? Ataukah mungkin kelas sosial bawah?
Luxury make-up brand, seperti MAC Cosmetic, NYX Professional Makeup, Estee Lauder, dan sebagainya, hanya berfokus pada target pasar dengan kelas sosial atas.
Artikel Terkait: Difusi Inovasi dalam Peluncuran Produk Baru, dan Contohnya!
Kesimpulan
Nah, setelah kita membaca artikel singkat ini, kita dapat memahami bahwa budaya konsumen dapat membawa pengaruh besar dalam perilaku pembelian konsumen.
Kegagalan suatu perusahaan dalam memahami pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen, terutama ketika memasuki pasar baru, akan berdampak serius.
Ketika kita berinvestasi dalam memahami budaya lokal target pasar kita, hal ini akan memberikan kontribusi besar dalam kesuksesan pemasaran produk atau layanan kita.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai pengaruh budaya konsumen terhadap perilaku konsumen.
Terima kasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran dotcom, semoga artikel singkat ini bermanfaat.
Salam sukses, sehat, dan bahagia.