Difusi Inovasi dalam Peluncuran Produk Baru, dan Contohnya!

Vionisya

Difusi Inovasi

Sebelum kita dapat membangun nama brand yang kuat untuk produk kita, kita harus mengetahui strategi yang tepat untuk meluncurkan produk tersebut ke pasar.

Hal ini disebut dengan istilah ‘entry strategy’.

Mari kita simak apa itu entry strategy dan bagaimana entry strategy yang tepat, ketika kita ingin meluncurkan produk baru kita.

Entry Strategy, Apa Maksudnya?

Entry strategy dapat diartikan sebagai suatu strategi yang dikembangkan oleh perusahaan dalam membentuk nama brand yang kuat untuk produk baru.

Entry strategy yang digunakan haruslah sesuai dengan kondisi dan jenis produk.

Mengapa?

Hal ini bertujuan agar produk baru yang diluncurkan dapat diterima dengan mudah oleh konsumen.

Mengenal Difusi Inovasi

Difusi inovasi merupakan suatu proses penyebaran produk baru (atau inovasi dari produk) kepada konsumen.

Proses difusi inovasi akan mengatur bagaimana penyebaran produk baru, apa inovasi dari produk baru tersebut, dan bagaimana produk baru dapat berasimilasi dengan pasar.

Proses difusi inovasi harus melibatkan komunikasi yang tepat dalam menyebarluaskan produk baru, misalkan media sosial, tenaga penjualan, dan komunikasi mulut ke mulut pada target market selama sekian waktu.

Nah, menurut Anda, mengapa dibutuhkan komunikasi yang tepat dalam proses difusi inovasi?

Karakteristik dari proses difusi inovasi haruslah dapat mempersuasi atau mempengaruhi kelompok sosial tertentu.

Kita ambil contoh, munculnya berbagai macam aplikasi ojek online, seperti Gojek, Grab, Maxim, dan sebagainya.

Adanya perkembangan zaman, tentu saja konsumen memerlukan inovasi baru untuk menunjang kemudahan hidup, seperti layanan ojek online.

Namun, munculnya layanan ojek online tidak hanya menuai berbagai sikap positif dari konsumen, namun juga terdapat beberapa pihak yang kontra dengan ini, misalkan masyarakat yang berprofesi sebagai tukang ojek tradisional.

Nah, dengan komunikasi yang tepat, layanan ojek online akan lebih dipahami dan diterima dengan baik oleh berbagai pihak.

Bahkan, saat ini telah muncul berbagai layanan online lainnya, seperti pembayaran online (misal, OVO), pemesanan makanan online (misal, Shopee Food), pengantaran barang online (misal J&T Express), dan sebagainya.

Proses Difusi Inovasi

Proses Difusi Inovasi

Proses difusi inovasi (difussion of innovations) juga akan melibatkan beberapa proses adopsi.

Nah, apa itu adopsi?

Adopsi dapat diartikan sebagai suatu proses step-by-step bagi konsumen untuk mengambil keputusan apakah akan menerima atau menolak kehadiran produk baru yang diluncurkan.

Umumnya, kurva proses difusi inovasi berbentuk S (S – shape), dimana tingkat adopsi pada awalnya rendah dikarenakan strategi pemasaran produk baru yang membutuhkan waktu untuk membentuk brand awareness dari konsumen.

Nah, tingkat adopsi akan meningkat selama proses pertumbuhan produk, sejalan dengan efek snowball dari komunikasi mulut ke mulut konsumen.

Semakin banyak konsumen yang berbicara positif mengenai produk kepada konsumen lainnya, maka semakin banyak pula konsumen lain yang hendak mencoba produk tersebut.

Proses pemasaran dari produk baru setelah diluncurkan juga membutuhkan bantuan consumer innovator.

Umumnya, consumer innovator merupakan konsumen atau pembeli pertama dari produk baru tersebut, dan mereka adalah orang-orang yang familiar (atau penyuka) dengan inovasi tersebut.

Ketika strategi perusahaan berfokus pada consumer innovator, hal ini akan membantu perusahaan dalam meningkatkan penjualan awal produk baru.

Hingga, ketika produk telah dewasa dan berada di titik tertinggi penjualan, seiring berjalannya waktu akan menurun dan pasar akan mulai jenuh, lalu produk akan tergantikan dengan inovasi produk baru.

Hal ini akan berputar kembali pada tahap pengenalan awal produk baru.

Karakteristik Produk yang Mempengaruhi Difusi Inovasi

Dalam difusi inovasi, adanya tingkat penyebaran atau proses adopsi konsumen terhadap produk baru, tentu saja berbeda-beda dalam setiap kategori pruduk.

Kita ambil contoh proses difusi inovasi dalam layanan ojek online.

Proses difusi inovasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti keunggulan relatif produk baru dibandingkan dengan produk lama, kompleksitas atau keramahaan pengguna, dan kesesuaian (compatibility) dengan pengguna.

Keunggulan Relatif Produk (Relative Advantage)

Konsumen akan cenderung menerima produk baru yang sudah ada sebelumnya, namun dengan keunggulan yang lebih.

Sebelum diluncurkan layanan ojek online, konsumen masih senang menggunakan ojek tradisional dan angkutan umum sebagai sarana transportasi umum.

Nah, ketika layanan ojek online tersebut pertama kali diluncurkan, konsumen kurang bisa membayangkan apa keunggulan dari layanan ojek online dibandingkan dengan ojek tradisional.

Namun, setelah beberapa waktu konsumen menggunakan layanan ojek online, barulah konsumen akan lebih mudah memahami keunggulan layanan taxi online ataupun layanan pemesanan makanan online.

Hal ini disebabkan karena konsumen telah memahami keunggulan dari layanan ojek online setelah beberapa waktu penggunaan, dan akan berasumsi bahwa layanan taxi online ataupun layanan pemesanan makanan online juga akan memberikan keunggulan yang sama.

Kompleksitas (Complexity) atau Keramahan Pengguna (User Friendly)

Konsumen akan cenderung menerima produk baru yang lebih mudah dimengerti atau digunakan (user friendly), dan cenderung menolak produk baru yang terlalu kompleks hingga sulit dimengerti (complexity) atau susah digunakan konsumen.

Dengan contoh yang sama, layanan ojek online cenderung memakan waktu dalam proses difusi inovasi, dikarenakan konsumen tidak familiar dan tidak mengetahui bagaimana cara menggunakannya.

Nah, ketika layanan taxi online dan pemesanan makanan online diluncurkan, proses difusi inovasinya akan lebih cepat, karena sebelumnya konsumen telah menggunakan aplikasi ojek online dalam beberapa waktu, sehingga sudah familiar dan mengerti cara menggunakannya.

Kesesuaian Produk (Compatibility)

Konsumen akan cenderung menerima produk baru yang lebih sesuai (compatibilty) atau konsisten dengan kebutuhan dan nilai konsumen saat ini.

Masih dengan contoh yang sama, layanan ojek online pertama kali diperkenalkan dengan tarif yang cukup tinggi, sehingga hanya konsumen kelas menengah ke atas yang mampu menggunakannya.

Namun, hal ini tidak sesuai dengan gaya hidup konsumen kelas menengah ke atas yang cenderung suka bepergian menggunakan mobil atau kendaraan pribadi.

Sebab itulah, layanan ojek online pada awalnya akan lebih sulit diterima konsumen (memiliki proses difusi inovasi yang lambat).

Dapat Diuji Coba (Trialability)

Difusi Inovasi

Resiko yang dirasakan konsumen juga dapat menurunkan tingkat difusi inovasi dari produk baru.

Misalkan, produk baru yang diluncurkan terlalu mahal (resiko keuangan), rasa malu konsumen ketika tidak dapat menggunakan produk baru (resiko sosial), dan sebagainya.

Sehingga, ketika konsumen diberi semakin banyak kemudahan untuk mencoba menggunakan produk baru, akan mengarah pada peningkatan proses difusi inovasi produk tersebut.

Hal ini disebut dengan istilah ‘trialability’.

Mengapa demikian?

Semakin tinggi kesempatan konsumen untuk mencoba produk baru atau semakin tinggi trialability suatu produk, maka semakin mudah pula konsumen untuk memberikan evaluasi dan mengambil keputusan pembelian.

Contohnya, adanya test drive untuk menguji coba mobil baru, atau product sample dari cushion terbarudi Sociolla.

Artikel Terkait: Strategi Pemasaran Kontemporer dalam Menjangkau Konsumen

Kesimpulan

Entry strategy yang diterapkan perusahaan dalam peluncuran produk baru (NPL), memiliki keterkaitan erat mengenai bagaimana proses difusi inovasi produk tersebut.

Difusi inovasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyebaran produk baru (atau inovasi dari produk) kepada konsumen.

Hal ini akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti komunikasi yang diterapkan untuk mengenalkan produk baru tersebut, karakteristik produk baru yang akan dikenalkan, dan sebagainya.

Sebab itulah, entry strategy yang diterapkan oleh perusahaan haruslah tepat untuk meningkatkan proses difusi inovasi dan adopsi dari konsumen.

Demikian penjelasan singkat mengenai entry strategy dan difusi inovasi dalam peluncuran produk baru.

Terima kasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran dotcom, semoga artikel singkat ini bermanfaat.

Salam sukses, sehat, dan bahagia.

Picture: Freepik