Product Rejuvenation
Pada artikel sebelumnya mengenai product life cycle dan strateginya, kita telah memahami apa itu product life cycle, bagaimana tahapan atau siklusnya, dan strategi apa yang tepat digunakan pada setiap tahapan atau siklus tersebut.
Nah, saat ini kita akan fokuskan pada strategi product rejuvenation, sebagai langkah awal dalam memperpanjang product life cycle.
Sebelum membahas mengenai apa itu product rejuvenation dan strateginya, mari kita review sedikit mengenai konsep product life cycle.
Product Life Cycle, Apa Itu?
Product life cycle atau siklus hidup produk dapat diartikan sebagai suatu siklus dari suatu produk, mulai dari peluncuran produk hingga penarikan kembali produk dari pasar.
Kurva difusi inovasi yang telah kita bahas sebelumnya, memiliki pengaruh yang kuat terhadap kurva product life cycle yang juga berbentuk seperti huruf S.
Tidak hanya difusi inovasi, kurva product life cycle juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya, seperti tingkat pembelian berulang, perubahan preferensi konsumen, perubahan lingkungan, dan sebagainya.
Banyaknya kemungkinan perubahan dalam kurva product life cycle tersebut perlu dikelola dengan baik oleh perusahaan dengan menerapkan beberapa strategi terbaik.
Umumnya, product life cycle memiliki empat tahapan yang terdiri dari tahap pengenalan (introduction), tahap pertumbuhan (growth), tahap pendewasaan (maturity), dan tahap penolakan (decline).
- Tahap Pengenalan (Introduction), diperlukan pembentukan kesadaran konsumen menggunakan promosi dan iklan.
- Tahap Pertumbuhan (Growth), diperlukan pembentukan market share dengan stimulasi WOM, segmen pasar baru, dan mengembangkan brand extensions.
- Tahap Pendewasaan (Maturity), dilakukan penurunan biaya produksi dan pemasaran produk, sekaligus meningkatkan efisiensi proses produksi, dan monitoring kompetitor.
- Tahap Penolakan (Decline), dilakukan penarikan produk dari pasar, atau dilakukan peremajaan produk.
Product Rejuvenation, Bagaimana Caranya?
Apabila kita hendak memperpanjang product life cycle, maka langkah yang paling tepat adalah melakukan product rejuvenation.
Product rejuvenation atau peremajaan produk dapat didefinisikan sebagai suatu proses meremajakan, menyegarkan, ataupun memposisikan kembali suatu produk agar tetap relevan, khas, dan menarik bagi target konsumennya.
Dilakukannya product rejuvenation dapat membantu perusahaan untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada, seperti perubahan preferensi konsumen, kejenuhan pasar, ancaman persaingan, ataupun permasalahan dalam hal reputasi.
Umumnya, product rejuvenation dilakukan menggunakan beberapa strategi, seperti pengembangan fungsi baru, pengembangan desain packaging baru, identifikasi segmen pasar baru, dan sebagainya.
Pengembangan Fungsi Baru
Kadangkala perusahaan harus mengembangkan fungsi atau penggunaan lama suatu produk untuk menghasilkan fungsi atau kegunaan baru.
Kita ambil contoh produk baking soda Arm & Hammer.
Sebelum dilakukan product rejuvenation, baking soda Arm & Hammer hanyalah berfungsi selayaknya baking soda, yaitu untuk bahan membuat kue.
Kini, baking soda Arm & Hammer dapat digunakan sebagai bahan pembersih kulkas, wastafel, dan karper, serta sebagai bahan dalam kandungan pasta gigi dan deodoran.
Dengan kata lain, kini baking soda Arm & Hammer tidak hanya digunakan sebagai bahan membuat kue saja, namun juga memiliki kegunaan lainnya yang tidak melibatkan proses pembuatan kue sama sekali.
Pengembangan Desain Packaging Baru
Adanya pengembangan desain packaging baru juga dinilai sebagai strategi peremajaan produk yang kuat.
Kita ambil contoh, produk liquid foundation Viva Cosmetics.
Sebelum dilakukan product rejuvenation, produk liquid foundation Viva Cosmetics memiliki desain packaging yang terkesan kuno atau jadul.
Namun, saat ini ketika telah dilakukan product rejuvenation, produk liquid foundation Viva Cosmetics memiliki desain packaging yang lebih kekinian.
Berfokus pada ‘Keuntungan’ yang Benar
Perusahaan juga harus berfokus pada ‘keuntungan’ yang benar ketika hendak meremajakan produk.
Maksud dari ‘keuntungan’ disini adalah ‘manfaat’ yang ingin disampaikan perusahaan melalui suatu iklan atau media promosi.
Kita ambil contoh, produk popok bayi Pampers.
Sebelum dilakukan product rejuvenation, produk popok bayi Pampers sekali pakai memiliki penjualan yang buruk, karena perusahaan hanya berfokus pada ‘keuntungan’ atau ‘manfaat’ bagi seorang ibu.
Produk popok bayi Pampers sekali pakai, pada awalnya meng-klaim bahwa ibu akan merasa lebih nyaman karena tidak perlu mencuci popok bayi, dan dapat langsung mengambil popok bayi baru.
Nah, setelah dilakukan product rejuvenation, produk popok bayi Pampers sekali pakai dapat meningkatkan penjualan dengan berfokus pada penerapan ‘keuntungan’ bagi bayi.
Saat ini, klaim dari produk popok bayi Pampers sekali pakai berfokus pada kesehatan kulit bayi (lebih lembut dan terhindar dari iritasi), karena menggunakan popok bayi baru setiap hari.
Identifikasi Segmen Pasar Baru
Selanjutnya, dengan mengidentifikasi segmen pasar baru, juga dapat digunakan untuk product rejuvenation.
Kita ambil contoh, produk parfum Zwitsal.
Sebelum dilakukan product rejuvenation, produk parfum Zwitsal hanya difokuskan sebagai produk untuk bayi saja.
Namun, setelah dilakukan product rejuvenation, produk parfum Zwitsal juga dapat digunakan oleh orang dewasa yang menyukai bau harum seperti bayi.
Penurunan Harga
Strategi lainnya yang dapat dilakukan perusahaan untuk meremajakan produk adalah dengan menurunkan harganya.
Kita ambil contoh, produk obat-obatan Datril.
Dengan menerapkan strategi product rejuvenation, penurunan harga produk obat-obatan Datril dinilai mampu bersaing secara efektif melawan produk obat-obatan Tylenol.
Identifikasi Social Trend
Selain itu, perusahaan juga dapat mengidentifikasi tren sosial yang sedang berkembang di kalangan masyarakat.
Kita ambil contoh, produk ramah lingkungan dalam botol minum dan sedotan Starbucks.
Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai lingkungan dapat menjadi faktor utama dalam meningkatnya tren sosial mengenai produk ramah lingkungan.
Sebelum dilakukan product rejuvenation, Starbucks menggunakan plastik PET sebagai bahan dasar kemasan minumannya.
Kini, setelah dilakukan product rejuvenation, Starbucks beralih menggunakan plastik rPET yang didapatkan dari proses daur ulang.
Bahkan, saat ini, Starbucks juga memiliki produk minuman ‘plant-based’ yang lebih ramah lingkungan, seperti Pumpkin Spice Latte, dan sebagainya.
Kesimpulan
Manajemen suatu produk melibatkan kita untuk memantau dan memelihara suatu produk seiring dengan perkembangannya melalui proses atau siklus hidupnya.
Pada awalnya, kita dituntut untuk membangun brand awareness, diikuti dengan promosi untuk merangsang pertumbuhan produk, lalu berfokus pada penurunan biaya saat kematangan produk, hingga melakukan product rejuvenation ketika ingin memperpanjang product life cycle.
Product rejuvenation sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses meremajakan, menyegarkan, ataupun memposisikan kembali suatu produk agar tetap relevan, khas, dan menarik bagi target konsumennya.
Product rejuvenation juga dapat dilakukan menggunakan beberapa strategi, seperti pengembangan fungsi baru, pengembangan desain packaging baru, identifikasi segmen pasar baru, dan sebagainya.
Sekian penjelasan singkat mengenai strategi product rejuvenation dalam memperpanjang product life cycle.
Terima kasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran dotcom, semoga artikel singkat ini bermanfaat.
Salam sukses, sehat, dan bahagia.