Komunikasi Word-of-Mouth dan Bagaimana Cara Membangunnya

Vionisya

Komunikasi Word-of-Mouth

Tahukah Anda, bahwa banyak hal yang Anda diskusikan dengan teman, keluarga, ataupun rekan kerja, mengenai suatu produk?

Ketika Anda memuji pakaian rekan kerja Anda dan bertanya dimana dia membelinya, atau ketika Anda mengeluh mengenai pelayanan buruk dari bank kepada teman Anda, maka Anda sebenarnya telah terlibat dalam komunikasi word-of-mouth.

Sejatinya, kita tidak hanya melakukan positive word-of-mouth, namun juga negative word-of-mouth dengan orang lain.

Lalu, apa pengaruhnya terhadap keputusan pembelian kita?

Apa itu komunikasi word-of-mouth? Dan bagaimana membangun komunikasi tersebut untuk promosi produk kita?

Mari kita bahas lebih lanjut pada artikel ini!

Komunikasi Word-of-Mouth, Apakah Itu?

Komunikasi Word-of-Mouth

Word-of-mouth dapat diartikan sebagai suatu bentuk informasi produk yang ditransmisikan seseorang kepada orang lain.

Word-of-mouth ini dapat memberikan pengaruh hingga sebesar 50% dari total penjualan produk ke konsumen.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan komunikasi word-of-mouth merupakan salah satu aspek pendorong terkuat yang dapat menentukan pilihan konsumen.

Untuk lebih memahami makna dari komunikasi word-of-mouth, mari kita simak contoh percakapan berikut ini.

A: “Eh, kemarin donat yang kamu bawa enak banget ya, beli dimana?”

B: “Kemarin aku lagi jalan-jalan di sekitar kampus. Eh, keinget kalau ada toko donat langgananku di sekitar situ.”

A: “Oh, ada di sekitar kampus? Dimananya?”

B: “Di Jalan Pandeglang, namanya Kanenakan Donut Shop. Oh iya, kemarin kesana ternyata mereka nambah varian baru, yang Lotus Biscoff.”

A: “Wah, kesukaanku! Nanti setelah ujian aku mau kesana, deh!”

B: “Coba deh”

Nah, berdasarkan contoh percakapan diatas, A akan cenderung percaya dengan review yang diberikan B mengenai donat Kanenakan.

Hal ini disebabkan komunikasi word-of-mouth seringkali terjadi di antara dua orang yang saling mengenal, sehingga informasi lebih valid dan dapat dipercaya, dibandingkan dengan informasi dari saluran pemasaran yang lebih formal.

Nah, komunikasi word-of-mouth ini juga memiliki pengaruh yang relatif lebih kuat dalam produk baru, atau ketika konsumen tidak familiar dengan kategori produk.

Misalkan, dalam contoh diatas, ketika kita hendak mencoba suatu produk atau layanan baru, seperti makanan.

Ataupun ketika kita kurang familiar dengan suatu teknologi baru atau suatu produk yang rumit, seperti smartphone.

Komunikasi Word-of-Mouth: Positif VS Negatif

Komunikasi Word-of-Mouth

Komunikasi word-of-mouth memiliki kekuatan yang sangatlah besar sebagai senjata dalam pemasaran produk.

Namun, perlu diketahui bahwa komunikasi word-of-mouth ini bisa sangat berbahaya.

Informasi produk dalam kampanye pemasaran formal dapat menciptakan brand awareness, namun dalam proses evaluasi dan adopsi produk, konsumen bergantung pada komunikasi word-of-mouth yang didapat.

Konsumen memiliki kecenderungan untuk lebih banyak menimbang komentar negatif dalam komunikasi word-of-mouth, dibandingkan komentar positifnya.

Hal ini terjadi terutama ketika kita hendak mempertimbangkan suatu produk atau layanan baru.

Komunikasi word-of-mouth negatif akan mengurangi kredibilats iklan perusahaan dan mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk yang bersangkutan.

Sehingga, niat konsumen untuk mengadopsi atau membeli produk tersebut akan menurun.

Sederhananya, semakin banyak informasi atau komentar positif yang kita dapat dalam komunikasi word-of-mouth mengenai suatu produk, maka semakin besar pula kemungkinan kita mengadopsi produk tersebut.

Sebaliknya, semakin banyak informasi atau komentar negatif mengenai suatu produk yang kita terima dalam komunikasi word-of-mouth, maka semakin kecil kemungkinan kita membeli produk tersebut.

Buzz-Building dalam Komunikasi Word-of-Mouth

Komunikasi Word-of-Mouth

Untuk melakukan buzz-building, tentu saja dibutuhkan stimulus word-of-mouth yang kuat seputar produk atau layanan.

Setelah stimulus word-of-mouth telah tersedia, maka buzz atau desas-desus akan terbentuk dengan sendirinya oleh konsumen.

Mari kita ambil contoh sederhana mengenai produk Bento Cake dan Glaze Cake.

Dahulu, mungkin kita hanya mengenai jenis cake atau tart dengan desain sederhana dari krim dan coklat, yang dipromosikan di iklan TV.

Semakin berkembang, kini terdapat varian terbaru dari produk cake atau tart, yaitu bento cake dan glaze cake, yang seringkali kita lihat pada laman FYP TikTok.

Coba Anda bayangkan, ketika ada seribu konsumen saja yang menonton video tersebut, lalu sekitar 10% konsumen membagikan tautan video kepada teman, atau keluarganya.

Ditambah, ketika teman dari 10% konsumen tersebut membagikannya lagi kepada temannya yang lain, kira-kira seberapa besar jangkauan strategi ini dalam pasar?

Mungkin, dalam beberapa waktu kedepan, akan ada sebanyak satu juta konsumen yang menonton video tersebut.

Terbayang sudah bagaimana kekuatan komunikasi word-of-mouth ketika kita berhasil membangun buzz dalam strategi pemasaran.

Tertarik untuk mencobanya? Berikut beberapa tips & tricks dalam membangun buzz diantara konsumen.

Memperluas Jangkauan Produk Melalui Komunikasi

Perlu diketahui, ketika Anda berencana untuk menjalankan kampanye buzz-marketing, Anda harus memahami bahwa sarana komunikasi utama Anda adalah konsumen itu sendiri.

Sehingga, Anda hanya perlu berfokus pada target audiens Anda, dan membiarkan mereka menyadari keunikan dan keunggulan produk atau layanan tersebut.

Tingkat Kepuasan Produk Harus Sesuai Dengan Konten Buzz-Marketing

Nah, ketika Anda menjalankan suatu kampanye buzz-marketing, produk atau layanan Anda haruslah sesuai dengan harapan konsumen, sehingga dapat memuaskan konsumen.

Ketika produk atau layanan Anda sesuai dengan komunikasi word-of-mouth yang dibangun, maka akan meningkatkan brand awareness dan kredibilitas pasar dengan efektif.

Menonjolkan Keunikan dan Keunggulan Produk

Ketika melakukan buzz-building, salah satu hal yang memegang kunci efektivitas komunikasi word-of-mouth adalah keunikan dan keunggulan produk.

Produk atau layanan Anda haruslah memiliki keunggulan dibandingkan pesaing, atau memiliki keunikan yang membedakannya dengan pesaing.

Hal ini akan membantu terbentuknya komunikasi word-of-mouth yang semakin kuat, sehingga buzz-building juga akan semakin efektif.

Optimalisasi Media Sosial

Ketika menjalankan kampanye buzz-marketing, perlu dilakukan beberapa cara untuk memvisualisasikan kampanye Anda dan memperluas jangkauan pasarnya.

Anda dapat menggunakan media sosial dan strategi pemasaran menggunakan influencer untuk membuat produk atau layanan Anda menjadi viral.

Baca Juga: Strategi Pemasaran Kontemporer dalam Menjangkau Konsumen

Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar informasi yang kita peroleh mengenai suatu produk atau layanan berasal dari komunikasi word-of-mouth.

Mungkin kita juga memperoleh suatu informasi mengenai produk dan layanan dari iklan formal yang biasa nampak di TV, atau media cetak.

Namun, komunikasi word-of-mouth memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga dapat mempengaruhi evaluasi dan adopsi kita mengenai suatu produk atau layanan.

Kekuatan inilah yang terkadang menjadi ‘pedang bermata dua’, sehingga bisa sangatlah berbahaya.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai komunikasi word-of-mouth dan bagaimana cara membangunnya (buzz-building).

Terima kasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran dotcom, semoga artikel singkat ini bermanfaat.

Salam sukses, sehat, dan bahagia.

Picture: Freepik