Pelajaran Berharga Dari Jatuhnya Perusahaan Jamu Nyonya Meneer

Agus Octa

Pagi ini seperti biasa, saya meluncur di internet dan mampir di beberapa blog besar yang sudah terkenal, salah satunya yang rutin saya ikuti blog Strategi + Manajemen milik mas Yodya (saya panggil mas agar awet muda).

Pagi ini sajian makyus muncul lagi, judulnya “3 Peristiwa Bisnis yang Paling Layak Dikenang di Tahun 2017”,  di mana salah satunya cukup menarik perhatian saya, yaitu kejatuhan perusahaan jamu Nyonya Meneer.

Dari berbagai berita dan ulasan para pakar dan pengamat bisnis di beritakan bahwa kejatuhan perusahaan yang berumur nyaris satu abat ini karena beberapa faktor yang sudah sangat kompleks, diantaranya adalah:

Konflik internal perusahaan, yang sudah dimulai saat Nyonya Meneer dan putranya Hans Ramana meninggal, sehingga operasional perusahaan jatuh ke generasi ketiga, yaitu 5 orang cucu Nyonya Meneer, tapi kemudian karena terjadi perbedaan pendapat, akhirnya pengelolaan perusahaan jatuh ke salah satu dari 5 bersaudara ini, yaitu Charles Saerang.

Dan konflik internal berikutnya yang cukup menyita energi perusahaan ini terjadi sekitar tahun 1984 hingga tahun 2000, dimana akibat konflik ini, operasional perusahaan sempat terganggu.

Berikutnya adalah masalah ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya kepada para kreditornya, dimana perusahaan dinyatakan pailit oleh PN Semarang setelah digugat oleh krediturnya beberapa bulan yang lalu, (nilai utang pada saat dinyatakan pailit oleh PN Semarang sekitar 89 miliar).

Terakhir adalah karena perusahaan korporasi jamu tradisional ini kurang inovasi dan tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan  (adaptable) yang sangat cepat, dan tetap bertahan dengan konsep dan cara lama.

Terlepas dari konflik internal yang terjadi, saya pribadi berkeyakinan jika perusahaan mampu melakukan inovasi dan bisa mengikuti perubahan yang terjadi maka perusahaan akan mampu melakukan kewajibannya dengan baik.

Inovasi dan perubahan yang mengikuti trend bisnis saat ini, dua hal ini memang merupakan strategi bisnis yang harus benar-benar mendapatkan perhatian yang besar dari perusahaan.

Lihat saja perusahaan Kodak, yang begitu besarnya, tumbang karena tidak segera berubah mengikuti trend bisnis saat ini, demikian juga dengan IBM, yang juga tumbang, dan masih banyak raksasa- raksasa yang tumbang karena bertahan dengan model bisnisnya yang sudah kurang sesuai lagi.

Jamu adalah warisan leluhur bangsa Indonesia yang memang mesti dilestarikan, saya setuju sekali, dan beberapa tahun yang silam sebenarnya sudah ada inovasi yang dilakukan oleh perusahaan jamu Nyonya Meneer ini, diantaranya adalah pembuatan Gerai Modern, yaitu Meneer Shop dan Meneer Corner, dimana tujuannya adalah merubah image kuno masyarakat terhadap jamu terutama bagi kaum muda.

Inovasi berikutnya dari pabrik jamu ini adalah konsep café dan brand activation dimana aktivitas ini menyasar kaum muda, dengan melakukan aktivitas di kampus-kampus dan aneka aktivitas brand activation yang lain, seperti jumpa fans dengan artis, jogging bareng, dancing competition dan lain-lain.

Selain itu memang ada juga inovasi di bentuk kemasannya, yang sudah lebih modern, yaitu dengan melakukan pengemasan produk dalam bentuk kapsul dan teh celup.

Pembuatan Museum Jamu, Taman Djamu Indonesia dan Meneer Shop adalah langkah jitu konservasi budaya minum jamu sebagai warisan tradisional Indonesia yang sekaligus menjadi ajang branding dan selling.

Pelanggan loyal jamu Nyonya meneer mayoritas adalah mereka yang telah berusia dewasa, yang secara perlahan turun, itulah sebabnya strategi komunikasi pemasaran yang lebih membidik kawula muda tersebut adalah sebuah langkah strategis untuk menciptakan pasar masa depan.

Langkah ini cukup berhasil, banyak kawula muda yang mulai menyukai jamu Nyonya Meneer ini, terutama ide akan Museum Jamu dan Taman Djamu Indonesia, yang rutin dikunjungi oleh anak sekolah.

Namun tampaknya semua inovasi di atas belumlah cukup, inovasi dan modernisasi memang sudah dimulai namun belum mendalam dan belum menyentuh semua aspek kunci dari bisnis jamu ini.

Inovasi dan modernisasi ibarat sebuah perlombaan, perlobaan dengan waktu dan perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis perusahaan itu sendiri.

Dalam melakukan inovasi dan modernisasi dibutuhkan kecepatan, seluruh inovasi dan modernisasi akan menjadi hal yang usang, manakala lingkungan bisnis telah jauh berubah,  dan telah memandang semua inovasi yang dilakukan sebagai sesuatu yang biasa saja dan bahkan cenderung tertinggal.

Contohnya dalam hal distribusi dan pemanfaatan teknologi informasi, di mana kompetitor telah merambah hampir semua channel distribusi dan mampu memanfaatkan teknologi informasi lebih maksimal.

Sekian tahun terakhir ini kita akan kesulitan untuk mendapatkan produk jamu Nyonya Meneer, penjual jamu gendong dan outlet jamu yang selama menjadi tulang punggung distribusi produk ini, sudah berkurang sekali populasinya.

Dulu di masa jayanya, hampir di tiap kawasan pasar tingkat desa / kelurahan minimal kecamatan kita akan mendapatkan outlet jamu Nyonya Meneer, sebuah distribusi yang cukup masif.

Point distribusi inilah yang juga hilang, yang sebenarnya sudah dibuatkan penggantinya, yaitu Meneer Shop dan Meneer Corner, namun dari sisi kuantiti masih kecil.

Distribusi di sektor modern juga tidak banyak, sementara di general trade dan saluran distribusi khusus seperti apotik toko obat pun juga sangat kurang.

Untuk digital marketing juga belum dimanfaatkan dengan maksimal, memang kita sudah bisa mencari produk nyonya meneer melalui online shop, tetapi masih banyak resources digital marketing yang belum dimaksimalkan.

Catatan lainnya adalah komunikasi pemasaran yang kurang intensif, terutama untuk media above the line, yang sampai saat ini masih sangat tinggi pengaruhnya, karena memang audience dari media ini masih cukup besar.

Komunikasi pemasaran ini sangat ampuh untuk mendeliver pesan ke target market sehingga harapan perusahaan untuk merubah image kuno akan jamu bisa dirubah.

Seperti kompetitor terdekatnya, yang telah mampu merubah image kuno pada jamu menjadi herbal yang modern dan mampu mengikuti trend masyarakat (meski jamu dan herbal adalah sama), yaitu pola hidup sehat dengan mengkonsumsi obat dari alam, back to nature.

Ya, kalau kita mau bahas lebih jauh, terlepas dari konflik keluarga, akan ada banyak hal yang seharusnya bisa dikerjakan oleh perusahaan ini.

Palu telah diketok, saat ini proses penyelesaian kewajiban perusahaan baik ke karyawan maupun ke para krediturnya telah berlangsung, semoga niat Bapak Charles Saerang untuk membangkitkan kembali perusahaan Jamu Nyonya Meneer ini akan berhasil, semoga.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari perusahaan ini, diantaranya adalah, kesamaan visi dari para komisaris dan direksi perusahaan sangatlah penting.

Kecepatan dalam berinovasi dan mengikuti perubahan bisnis yang mengacu pada trend pasar yang sedang terjadi juga harus menjadi prioritas utama perusahaan.

Selalu melakukan riset dan pengembangan produk dengan tetap memegang nilai budaya dan tradisi dengan menggunakan teknologi informasi dan menyesuaikan dengan gaya hidup pasar sasaran saat ini mutlak harus dikerjakan.

Komunikasi pemasaran untuk selalu menjalin hubungan baik dengan para pelanggan dengan selalu memberi informasi tentang keunggulan produk dengan serangkaian benefitnya juga sangat dibutuhkan untuk mempertahankann dan meningkatkan pangsa pasar merek produk.

Demikian sedikit catatan dari saya pribadi tentang perusahaan yang pernah berjaya ini, semoga bermanfaat.

Terimakasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran ini.

 

Salam Sukses Sehat dan Bahagia

Untuk Pak Charles Saerang, selamat berjuang untuk membangkitkan kembali Perusahaan Jamu Nyonya Meneer ini, semoga berhasil secepatnya.