Waralaba – Strategi Sukses Meningkatkan Bisnis dengan Duplikasi Usaha

Agus Octa

WARALABA – FRANCHISING BUSINESS STRATEGY

Sebuah bisnis yang sudah mapan, tetap harus dikembangkan, ada banyak strategi yang bisa ditempuh,

Salah satu cara paling populer saat ini untuk mengembangkan bisnis adalah dengan cara duplikasi usaha yang sudah sukses tersebut, atau yang biasa kita kenal sebagai waralaba.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa tidak membuat cabang saja?,

Apa beda cabang dengan waralaba?, dan seterusnya.

Secara umum tidak ada perbedaan antara cabang dengan waralaba atau franchising.

Perbedaan yang paling mendasar ada pada aspek permodalan, tanggung jawab atas asset yang ada didalamnya serta operasional dari (anak) perusahaan itu sendiri.

Untuk lebih jelasnya, yuk kita bahas aspek yang saja yang harus diperhatikan agar duplukasi usaha dengan cara waralaba ini bisa sukses.

Pengertian Waralaba

Dalam waralaba akan ada dua pihak yang terlibat, yaitu :

Penerima waralaba (franchisee) adalah pemilik bisnis dengan menggunakan nama (merek) dan format bisnis milik pemberi waralaba (franchisor) untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

Pembeli atau penerima waralaba (franchisee) ini secara umum ada dua macam / tipe, yaitu :

  • Investor, yaitu para pengusaha yang tidak mau report dan pusing menjalankan usahanya dan memgatur strategi, system dan operasionalnya.
  • Owner operator yaitu para pengusaha yang membeli franchise karena memang mempunyai passion dibidang tersebut dan tertarik untuk menjalankan sendiri bisnisnya .
waralaba - franchising - duplikasi usaha

Definisi umum dari waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

“Jadi waralaba franchising adalah duplikasi usaha yang sudah sukses yang bisa dijalankan dan dimiliki pihak lain.”

Agar sebuah bisnis dapat berkembang dengan waralaba, maka ada kewajiban-kewajiban utama yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu :

  • Franchisor, yaitu pihak pemberi waralaba, wajib memberikan dukungan agar para penerima waralabanya (franchisee) sukses, dengan demikian maka bisnis pemberi waralabanya juga akan semakin sukses.
  • Franchisor, yaitu pihak pemberi waralaba  wajib memberikan dukungan (support) yang optimal dan penerima waralabanya (franchisee) wajib untuk konsisten mengikuti sistem dan petunjuk franchisor.
  • Franchisee, yaitu pihak penerima waralaba wajib untuk menjalankan semua aturan, system-prosedur, administrasi, manajemen dan strategy yang diberikan oleh franchisor dengan benar.

Transaksi dalam Proses Franchising

Umumnya Franchisee membayar franchise fee pada saat awal membeli franchise usaha tersebut, yang biasanya disebut juga ‘onetime fee’ atau ‘initial fee’.

Franchise fee ini bisa kita analogkan sebagai membeli “ilmu yang sudah dikembangkan oleh franchisor, serta hak penggunaan dari ilmu dan merek atau hak kekayaan intelektual properti lainnya yang menjadi bagian dari produk yang di waralabakan”.

Secara umum pembelian hak (franchise) ini memiliki jangka waktu tertentu, misalnya: 5 tahun, 10 tahun atau jangka tertentu lainya.

Sedangkan besarnya nilai Franchise Fee ditentukan oleh franchisor berdasarkan kebijakan dan perhitungan yang dipersiapkan oleh franchisor, dengan nilai yang berbeda-beda disetiap jenis industri dan ukuran bisnis yang di waralabakan tersebut.

Ukuran bisnis ini akan menyangkut banyak aspek, tergantung jenis industrinya,

Misal untuk perdagangan biasanya ukuran akan ditentukan oleh :

  • Modal (operasional dan kapital
  • Luasan toko (bangunan dan tanah)
  • Jumlah barang (item / sku dan nilainya)
  • Dan lain-lain.

Selain franchisee fee yang dibebankan di awal,  umumnya penerima waralaba juga  ada kewajiban membayar royalty fee setiap bulannya, dengan standar nilai atau dasar perhitungan yang sudah ditentukan.

Secara umum besarnya harga royaty fee dihitung atas prosentasi dari omset / sales revenue yang diterima franchisee,

Meski ada juga yang dihargai dengan nilai yang tetap setiap periodenya (bukan prosentase).

Royalty fee ini sebagai kontribusi atas biaya penggunaan merek atau HKI- hak kekayaan intelektual milik perusahaan franchisor yang terus dirawat, diperbaiki dan ditingkatkan nilainya.

Biaya lainya dalam franchising adalah , para franchisee diwajibkan membayar advertising fee yaitu kontribusi dari franchisee atas aktivitas promosi dalam skala nasional maupun lokal yang dilakukan pihak franchisor.

Mengenai nilai dari advertising fee juga dihitung dari prosentase omset dan tetap, dimana total nilainya dikisaran  kurang dari 2%.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Waralaba

Sebuah sistem bisnis bagaimanapun bentuk dan sempurnnaya akan tetap memiliki keunggulan dan kekurangan, demikian pula dengan franchising system ini.

Kelebihan Waralaba (Franchise)

Berikut ini adalah kelebihan dari sistem waralaba :

  • Seperti perusahaan yang melakukan Go Public, dimana perusahaan mendapatkan dana segar dari pihak lain dan passive income.
  • Tidak perlu mengeluarkan modal sendiri yang terlalu besar untuk mengembangkan merek dan outlet.
  • Produk dan atau jasa bisa terjual dengan cepat karena memiliki titik penjualan dalam jumlah banyak, memiliki jangkauan yang lebih luas.
  • Merek produk dan usahanya akan lebih cepat terkenal, karena outlet dapat dibuka dengan lebih cepat, lebih banyak dan lebih menyebar.
  • Dengan jumlah outlet yang lebih banyak  dan  merek yang lebih cepat dikenal konsumen, akan membuat daya tawar pembelian barang kepada suplier menjadi lebih baik, artinya pembelian bisa dilakukan dalam jumlah lebih besar dan bisa menjadi lebih murah.
  • Kebutuhanakan sumber daya manusia menjadi lebih efisien dan efektif, karena tenaga kerja di outlet waralaba dimiliki dan dikelola olehpenerima waralaba dengan aturan yang sudah dibakukan dan sudah teruji di perusahaan induknya.
  • Nilai perusahaan di pasaran akan menjadi lebih tinggi.

Kekurangan Waralaba (Franchise)

Berikut adalah kekurangan dari sistem Waralaba ini, yaitu :

  • Seluruh proses harus diatur, direncanakan dan dibuktikan terlebih dulu sebelum diterapkan dijaringan outlet, artinya akan ada penundaan waktu antara ide dengan implementasi, sehingga setiap saat ide bisnis baru tersebut dijalankan, momentumnya sudah hilang.
  • Outlet waralaba dimiliki oleh penerima waralaba, bukan pemberi waralaba, dengan demikian pemberi waralaba tidak memiliki kewenangan penuhatas  outlet waralaba tersebut, hal ini seringkali berimbas ke kebijakan yang tidak dijalankan sepenuhnya.
  • Profit dari outlet waralaba akan lebih kecil dibanding dengan outlet sendiri (cabang)
  • Memiliki potensi silang pendapat dan banyak tuntuan, karena memang bermitra dengan banyak wirausahawan dibandingkan dengan cabang outlet sendiri yang lebih menurut instruksi dari kantor pusat.

Sebuah binis baru bisa diwaralabakan jika sudah berjalan sekian periode dan sudah terbukti memberikan profit yang layak serta sudah memiliki sistem yang baku.

Lebih detail lagi, seperti apa bisnis yang cocok untuk diwaralabakan, berikut beberapa persyaratannya :

  • Sebuah bisnis yang bisa distandarkan; seperti bentuknya / model, desain, cara operasional, bahan baku, dll.
  • Memiliki sesuatu yang unik, tidak harus produk, tetapi bisa sistem, cara/ metode mengerjakan, cara / metode pelayanan, yang berbeda dari kompetitor, tidak mudah ditiru, tetapi memberikan nilai tambah dalam penjualan.
  • Dapat diajarkan kepada orang lain dengan mudah bisa bersifat terbuka.
  • Sudah terbukti memberi keuntungan dan sudah dijalankan sekian periode.
  • Operasional bisnis yang sederhana, tidak terlalu rumit untuk diajarkan.
  • Bahan baku dan bahan lainnya bisa diadakan diberbagai lokasi atau bisa dikirim dengan mudah.
  • Memiliki keuntungannya cukup besar untuk berbagi royalty.
  • Memiliki prospek bisnis yang cukup besar untuk jangka panjang .
  • Memiliki tren bisnis yang bertahan lama.

Tahapan Franchising (Mewaralabakan) Usaha

Sebuah bisnis atau usaha yang hendak diwaralabakan harus disiapkan terlebih dahulu, tentu saja selain harus sudah memenuhi persyaratan untuk bisa diwaralabakan.

Berikut adalah tahapan untuk mempersiapkan sebuah usaha, mulai dari standard business model hingga siap untuk diterima oleh penerima waralaba, yaitu :

Membentuk Standard Business Model

  • Mulailah dengan membuat konsep-konsep yang terukur mengenai :
    • Filosofi usaha atau sesuatu yang dijadikan nilai-nilai dalam usaha.
    • Produk atau jasa yangg dijual.
    • Keunggulan yang dimiliki apakah di produk, metode, pelayanan atau apa.
    • Segmen dan Target market yang di sasar.
    • Cara pemasaran yang digunakan.
    • Cara atau strategi penjualannya seperti apa.
    • Dan lain-lain yang berhubungan dengan bisnis tersebut.
  • Detail dari standarisasi Bentuk, seperti desain, ukuran, peralatan, jumlah orang,
  • Detail dari standarisasi legalitas usaha, seperti perijinan atau ijin usaha (sesuai aturan), produk (BPOM jika menyangkut obat dan makanan, PIRT, dan lain-lain).
  • Detail standarisasi proses, seperti cara marketing dan penjualan, cara operasional, administrasi, cara produksi dan lain-lain.
  • Kajian Bisnis seperti jumlah modal usaha (opex dan capex), BEP, ROI, dan lainnya.

Cara membentuk Business Model

  • Buat business model yang sederhana bentuk dan prosesnya, semakin sederhana semakin baik (kiss).
  • Saat membuat sebuah bisnis, pasti ada tujuan yang hendak dicapai, serta bagaimana cara mencapinya dan apa saja nilai-nilai atau philosofi yang dijadikan landasan, buat Business Philosophy yang mendalam.
  • Coba untuk membayangkan bisnis tersebut dalam sekian tahun mendatang.
  • Pilih target market dengan jelas.

Kajian Kelayakan Usaha (untuk Waralaba)

Sebuah bisnis atau usaha yang hendak ditawarkan ke publik harus dibuat studi kelayakannya, termasuk bisnis waralaba.

Berikut adalah apa dan bagaimana melakukan kajian kelayakan usaha waralaba secara sederhana.

  • Kajian Kualitatif meliputi :
    • Uji kelayakan standarisasi
    • Uji kelayakan keunikan
    • Uji kelayakan kemampuan untuk diduplikasi
  • Kajian Kuantitatif, meliputi :
    • Uji kelayakan usaha unit business model
    • Uji kelayakan usaha unit franchisor
    • Analisa antara sistem waralaba versus tidak waralaba
  • Memiliki output berupa :
    • Target jumlah franchisee
    • Harga (biaya franchise fee, mencakup apa saja)
    • Harga (biaya royalty fee, termasuk model atau metode perhitungannya)
  • Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan target usaha untuk waralaba :
    • Buat target BEP – break even point (pulang balik modal) dalam beberapa periode saja, secara umum harus lebih kecil dari ½ periode kontrak waralaba.
    • Tingkat net profit dibandingkan jumlah modal sebaiknya lebih besar dari minimal 2x bunga deposito.
    • Perhitungankan biaya franchise fee dan royalty fee,  jangan sampai membuat bisnis penerima waralaba menjadi tidak menarik.
    • Fokuskan royalty fee sebagai pendapatan pemberi franchising.

Dokumen untuk Waralaba

Sebelum usaha diwaralabakan, maka harus disiapkan juga dokumen-dokumen yang dibutuhkan atau disiapkan untuk proses waralaba tersebut.

Berikut dokumen yang dibutuhkan pemberi waralaba :

  • Prospektus usaha
  • Surat-surat pendaftaran, standar surat perjanjian dan kelengkapan legaliltas
  • Panduan tatacara merekrut franchisee (penerima waralaba)
  • Panduan tatacara mendirikan outlet baru
  • Panduan melakukan program pelatihan dan pendampingan
  • Panduan untuk program dukungan operasional
  • Panduan dalam melakukan monitoring
  • Panduan untuk program pengembangan usaha
  • Panduan bagaimana melakukan pengelolaan administrasi usaha

Berikut dokumen yang dibutuhkan penerima waralaba :

  • Panduan identitas usaha waralaba
  • Panduan teknik pemasaran (promosi) dan penjualan
  • Panduan operasional usaha
  • Panduan administrasi dan pengelolaan usaha

Organisasi Pemberi Waralaba

Dalam usaha waralaba, akan ada bagian pemberi waralaba dan bagian penerima waralaba, agar proses kerja berjalan dan tertata dengan baik, maka harus dibuatkan organisasi yang berhubungan dengan semua aktivitas waralaba tersebut.

  • Pelayanan harus dibuat satu pintu kepada para penerima waralaba.
  • Setiap bagian dan ataufungsi organisasi mempunyai penanggung jawab yang jelas.
  • Saat tahap awal beberapa bagisn atau fungsi dalam organisasi bisa dirangkap oleh orang yang sama, asal tidak terjadi conflict of interest.

Didalam usaha waralaba, maka harus ada bagian-bagian berikut ini :

  • Manajer operasional
  • Sales – Marketing
    • Franchise recruitment
    • Business set-up (outlet set-up)
    • Training & advisory (untuk awal usaha)
  • Operational
    • BD – Business Development dan RD – Research Development
    • Operational support
  • Back Office
    • Finannce – accounting & administration
    • HRD dan GA

Penutup

Demikian uraian singkat mengenai strategi meningkatkan bisnis melalui duplikasi usaha atau waralaba yang saat ini semakin marak saja.

Beberapa hal yang perlu digarisbawahi sehubungan duplikasi usaha ini adalah :

  • Ciptakan bisnis yang unggul
  • Jadilah Master dalam bidang tersebut, yaitu mampu menjadi pembimbing bisnis para mitra kerja.
  • Harus memiliki standarisasi
  • Membangun team yang solid
  • Mencari mitra kerja yang sesuai
  • Fokus pada bagaimana membantu agar mitra kerja sukses (sukses mitra kerja adalah sukses bagi pewaralaba).

Terimakasih sudah berkunjung ke blog distribusi pemasaran dotcom, semoga Anda mendapatkan manfaat.

Salam sukses sehat dan bahagia