Emosi Konsumen dan Pengaruhnya terhadap Penilaian Produk!

Vionisya

Emosi Konsumen

Perasaan dan emosi juga dapat mempengaruhi bagaimana konsumen memfokuskan perhatian dan berperilaku.

Bahkan, bentuk perasaan yang sangat sederhana sekalipun, seperti suasana hati yang baik, dapat memberikan pengaruh yang luar biasa dan kompleks pada perilaku konsumen.

Coba Anda bayangkan, ketika Anda sedang berjalan kaki di cuaca yang cerah dan menemukan uang terjatuh di trotoar, secara tidak langsung suasana hati Anda akan membaik, bukan?

Lalu, Anda menemukan sebuah penjual jajanan sederhana di tepi jalan, Anda akan cenderung untuk menepi, mencoba jajanan, dan mengambil keputusan untuk membelinya dengan lebih puas.

Sebab itulah, konsep mengenai emosi konsumen sangatlah penting untuk dipahami.

Emosi Konsumen, Apakah Itu?

Ketika suasana hati konsumen dalam keadaan yang baik, maka konsumen akan cenderung lebih kretaif dan terbuka untuk mencoba hal baru, termasuk mencoba suatu produk baru.

Adanya pengaruh emosi yang positif pada konsumen juga dapat membantu konsumen mengambil keputusan pembelian yang lebih baik dan lebih memuaskan.

Namun, sebaliknya, apabila suasana hati konsumen sedang dalam keadaan buruk, maka konsumen akan cenderung berpikir negatif mengenai suatu produk, sehingga mengarah pada keengganan untuk mencoba produk tersebut.

The Mood as Information Model

Menurut Anda, bagaimana emosi konsumen dapat berpengaruh dalam proses evaluasi produk?

Suasana hati atau emosi konsumen dapat menjadi bagian dari suatu informasi dan digabungkan dengan bentuk informasi lainnya dalam mengevaluasi suatu produk.

Lebih detail, konsep ini menjelaskan bahwa konsumen seringkali menggunakan keadaan emosi ataupun suasana hatinya saat ini sebagai bagian dari informasi ketika akan membuat penilaian sosial.

Keadaan afektif seseorang pada saat ini dapat mempengaruhi strategi pemrosesan saat mengambil sebuah keputusan, termasuk keputusan dalam penilaian dan pembelian produk.

Bahkan, walaupun perasaan atau emosi tersebut tidak ada hubungannya dengan produk yang dievaluasi.

Nah, jenis produk hedonis akan cenderung mendapatkan penilaian positif dalam kondisi suasana hati atau emosi konsumen yang baik, dibandingkan dengan produk instrumental.

Mengapa?

Produk hedonis merupakan suatu barang yang dibeli oleh seseorang untuk mendapatkan pengalaman emosional, seperti kegembiraan.

Sedangkan, produk instrumental merupakan suatu barang yang dibeli oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan fungsionalnya.

Mari kita ambil contoh, ketika konsumen sedang berada di pusat perbelanjaan, dan berbelanja kebutuhan sehari-hari, seperti sabun cuci, bahan makanan, dan tablet vitamin (produk instrumental), mungkin konsumen hanya akan menilainya secara fungsional atau kognitif.

Nah, ketika konsumen berjalan pulang dengan emosi positif dan melewati sebuah kedai eskrim, maka konsumen akan cenderung membeli eskrim (produk hedonis) dengan alasan afektif dan memberinya penilaian positif mengenai rasanya yang enak.

Namun, apabila konsumen sedang dalam suasana hati yang buruk dan menjumpai kedai eskrim, konsumen mungkin menilai negatif hal tersebut mengenai harganya yang mahal.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan sifat produk eskrim tersebut yang hanya akan memenuhi faktor afektif konsumen saja.

The Affect Confirmation Model

Suasana hati atau emosi konsumen dapat pula mempengaruhi bagaimana konsumen menggunakan informasi atribut produk.

Emosi konsumen dapat mengubah bobot produk berdasarkan informasi atribut tersebut.

Nah, ketika konsumen berada dalam suasana hati yang baik, atribut positif dari produk tersebut akan diberi bobot yang lebih berat.

Sebaliknya, ketika konsumen berada pada suasana hati yang buruk, maka atribut negatif dari produk tersebut cenderung diberi bobot yang lebih berat.

Misalkan, konsumen dengan suasana hati yang baik akan lebih mementingkan fitur positif dari suatu produk pakaian, seperti prestise.

Namun, ketika konsumen dalam suasana hati yang buruk, bisa saja lebih memikirkan fitur negatif dari produk pakaian tersebut, seperti harganya yang mahal.

Discrepancy Interruption Theory

Beberapa ketidaksesuaian atau kejutan, seperti kejadian tak terduga dan interupsi, dapat menghambat konsumen untuk mendapatkan atau mencapai suatu tujuan, baik berupa arousal ataupun emosi yang sedang konsumen capai.

Nah, perubahan pada suatu produk dapat menghasilkan beragam respon emosi konsumen, bisa saja positif ataupun negatif.

Pada umumnya, ketidaksesuaian atau kejutan dalam tingkatan kecil, akan membentuk emosi konsumen yang positif.

Sebaliknya, apabila ketidaksesuaian ataupun kejutan tersebut berada di tingkatan yang terlalu besar, maka akan membentuk emosi konsumen yang negatif.

Mengapa?

Ketidaksesuaian atau kejutan cenderung menandakan adanya perubahan penting dalam suatu produk.

Arousal kita akan mempersiapkan segala aspek fisiologis untuk menanggapi atau merespon ketidaksesuaian atau kejutan dari produk tersebut.

Nah, ketika terjadi ketidaksesuaian, perubahan, atau kejutan suatu produk dalam jumlah yang kecil, maka hal ini akan cenderung menarik perhatian dan fokus konsumen, sehingga akan mengarah pada peningkatan gairah atau emosi yang positif.

Namun, apabila bentuk ketidaksesuaian, perubahan, dan kejutan tersebut terjadi dalam jumlah yang tinggi, maka konsumen akan cenderung tidak mengenali produk dan merasakan emosi negatif.

Sebab itulah, produk seringkali dibuat hanya dengan perbaikan atau perbedaan kecil saja.

Contohnya, minuman ringan yang alami, seperti vitamin water, yang memiliki rasa berbeda dengan air minum lainnya, namun tetap alami dan sehat, sehingga dinilai secara positif oleh konsumen.

Lalu, bagaimana pendapat Anda mengenai inovasi besar-besaran dari produk elektronik, seperti handphone?

Inovasi produk dengan perbedaan yang sangat besar, bahkan hingga menghasilkan produk yang benar-benar baru, sangatlah beresiko, karena konsumen tidak akan tahu bagaimana berekasi atau menggunakannya, hingga mengarah pada respon atau emosi konsumen yang negatif.

Namun, perlu diketahui bahwa waktu dan uang seringkali dibutuhkan untuk mengedukasi konsumen mengenai manfaat dari suatu inovasi atau peluncuran produk baru tersebut.

Emosi Konsumen dalam Penilaian Produk, Seberapa Berpengaruh?

Emosi Konsumen

Suasana hati atau emosi konsumen dapat menjadi salah satu aspek yang penting dan dapat mempengaruhi bagaimana konsumen menilai suatu produk.

Terdapat 2 tipe suasana hati atau emosi konsumen, sebagai berikut.

Emosi Konsumen yang Positif

Dengan emosi atau suasana hati yang positif, konsumen akan cenderung memperhatikan setiap detail atau fitur positif mengenai suatu produk.

Contohnya, saat membeli pakaian dari suatu brand dalam kondisi emosi yang positif, maka konsumen akan cenderung mengevaluasi kualitas bahan dan desain yang ditawarkan.

Emosi Konsumen yang Negatif

Konsumen akan cenderung memperhatikan fitur negatif dalam suatu produk, ketika dalam kondisi emosi konsumen yang buruk.

Misalkan, ketika konsumen membeli pakaian dari suatu brand dalam kondisi emosi yang negatif, maka konsumen akan cenderung fokus pada harganya yang mahal.

Artikel Terkait: Motivasi Konsumen, Bagaimana Pengaruhnya pada Produk Anda!

Kesimpulan

Nah, kita dapat mengetahui bahwa perasaan positif dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas pengambilan keputusan konsumen.

Emosi konsumen dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang intens ataupun gabungan dari perasaan dan gairah (arousal).

Suatu kejadian atau peristiwa yang meningkatkan arousal, sesuatu yang tak terduga, interupsi, olahraga, dan stimulan, akan meningkatkan gairah dan mengintensifkan pengalaman emosional kita.

Sebagai penutup, menurut pendapat Anda, apakah emosi konsumen dapat dikontrol untuk meningkatkan penilaian produk Anda?

Tuliskan dalam kolom komentar yang tersedia di bawah ini!

Terima kasih sudah mampir di blog Distribusi Pemasaran dotcom, semoga artikel singkat ini bermanfaat.

Salam sukses, sehat, dan bahagia.

Picture: Freepik

2 thoughts on “Emosi Konsumen dan Pengaruhnya terhadap Penilaian Produk!”

Comments are closed.