MARKETING STRATEGY
Pernah lihat, bagaimana sekian orang harus antri didepan pintu gerai toko, untuk mendapatkan sebuah produk yang sedang diincarnya?
Mereka rela melakukan hal tersebut, datang pagi-pagi (lebih awal) jauh sebelum gerai dibuka, agar bisa berdiri antri dan mendapatkan nomer urutan didepan, karena khawatir barang kesayangan mereka atau barang yang sedang mereka incar keburu habis.
Atau Anda sendiri sering mengalami hal ini, tergesa-gesa membeli suatu barang dengan alasan takut barangnya keburu habis.
Atau dengan alasan yang lain, takut keduluan tetangga sebelah rumah,
Takut keduluan teman sekerja,
Takut dibilang ketinggalan zaman,
Takut dibilang gak update,
Takut ini dan takut itu,
Sehingga memaksakan diri untuk segera membeli suatu barang yang kadang belum jelas seberapa besar keperluannya atau manfaatnya.
Perilaku yang demikian ini biasa dikenal sebagai FOMO,
Jadi saat ada orang yang tampak gelisah karena sesuatu hal, seperti contoh diatas, itu berarti orang tersebut sedang kena FOMO.
Pengertian FOMO
Ya benar, Anda FOMO, mereka FOMO, kamu FOMO
Saat gelisah, dan pengen buru-buru ingin seperti atau ingin memiliki seperti apa yang dimiliki mereka yang ada disekitarnya.
FOMO adalah singkatan dari Fear Of Missing Out,
Yang kalau diterjemahkan secara umum, FOMO artinya kurang lebih adalah gelisah atau takut ketinggalan suatu aktivitas tertentu atau suatu tren tertentu yang dianggap yang paling terbaru atau paling kekinian.
Secara umum FOMO sendiri dapat diartikan sebagai kondisi psikologi sesorang yang merasa gelisah akan sesuatu yang terjadi disekitarnya atau dilingkungannya.
Dan perasaan was-was kalau-kalau lingkungan akan memberikan stempel tertentu pada dirinya atas apa yang terjadi disekitarnya tersebut.
Lingkungannya heboh dengan sosial media, maka ketika yang bersangkutan tidak ikutan nimbrung dalam medsos tersebut, ia akan khawatir dibilang tidak gaul atau merasa dirinya tidak gaul, meski tidak ada yang mengatakan demikian pada dirinya.
Fenomena FOMO ini sendiri banyak terjadi di lingkungan anak muda dan terutam kaum milenialnya.
Dapat dimaklumi mengapa hal ini bisa terjadi, karena anak muda memiliki dasar rasa keingin tahuan yang sangat tinggi.
Anak muda secara umum memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi, dan ingin memiliki pergaulan yang lebih luas dan lebih luas lagi.
Sedangkan mereka yang dikenal dengan kaum mileneal, sudah pasti, karena mereka adalah sekelompok orang yang sangat dekat dengan teknologi, terutama teknologi informasi.
Teknologi informasi telah membuat mereka mengetahui apa yang sedang tren dan hit di sutau tempat yang sangat jauh, terutama di negara-negara maju pada detik yang sama.
Hal ini tentu memicu mereka untuk melakukan hal yang sama, salah satunya adalah apa yang sedang tren disana.
Akibatnya bisa ditebak, saat ada produk yang sama atau mencirikan suatu aktivitas, suatu tren tertentu, mereka akan memburunya.
Coba cek diri Anda, berapa lama Anda bisa jauh dari smartphone Anda?
Terus, saat Anda sudah menggenggam smartphone, apa aplikasi yang pertama Anda buka?
Cek email, cek berita, cek sosmed atau yang lainnya?
Kalau Anda buru-buru membuka sosmed atau kepo sama sesuatu, itu sudah mulai tanda-tanda Anda kena sindrom FOMO.
FOMO dalam Strategi Pemasaran
Menjadi FOMO, bukanlah sesuatu yang jelak yang memiliki arti negatif dan harus dihindari dan dijauhi, karena semuanya kembali kepada yang bersangkutan, bagaimana menyikapi dan mengendalikan hal tersebut.
Bahkan sebagian orang merasa senang dengan FOMO ini, karena hal ini akan membuat mereka selalu uptodate, selalu terkini, terbarukan, dan tidak ketinggalan zaman.
Menjadi FOMO membuat mereka memiliki semnagat untuk selalu memiliki kemampuan untuk mampu mewujudkan apa yang menjadi keinginan mereka.
Dalam dunia marketing, terutama dalam penjualan (selling) fenomena ini dimanfaatkan dengan menyusun strategi penjualan dan pemasaran yang menyasar mereka.
Dikenal sebagai salah satu strategi psikologi marketing, FOMO jika digunakan dengan benar, pada waktu dan situasi yang tepat, bisa menjadi strategi pemasaran dan penjualan yang cukup ampuh.
Aplikasi dari strategi pemasaran atau strategi psikology marketing FOMO ini biasanya dikaitkan dengan kondisi tertentu, momen tertentu atau situasi tertentu.
Secara umum strategi pemasaran FOMO adalah mengunakan rasa takut (gelisah) tersebut untuk membuat konsumen (calon konsumen) segera melakukan pembelian AGAR TIDAK KETINGGALAN sesuatu, entah itu diskon, entah itu edisi yang terbatas, entah itu bonus yang menarik, apapun yang tidak ingin ditinggalkan sia-sia oleh konsumen.
Situasi yang diciptakan atau tercipta bisa bervariasi, misal saat lebaran, saat akan masuk tahun ajaran baru, saat ada pertandingan sepak bola dunia.
Saat lebaran, momen ini sangat bagus untuk dimanfaatkan oleh para pemasar dan penjual, baik untuk meningkatkan penjualan maupun untuk memasarkan merek produk mereka.
Pada momen lebaran, itu sendiri memiliki beberapa sub momen yang bisa dimanfaatkan, seperti saat puasa, saat mudik, saat lebaran dan saat setelah lebaran.
Semuanya bisa diisi dengan berbagai program pemasaran dan penjualan untuk berbagai produk yang relevan dengan momen lebaran dan sub-momennya.
Yang digunakan dalam strategi marketing atau startegi penjualan FOMO adalah momennya yang bergerak dan segera berubah, yang harus digunakan sebaik mungkin.
Karena ada banyak konsumen yang takut tidak bisa menjalakan ibadah puasa dengan baik, munculah obat anti maag, suplemen makanan, multi vitamin, dan sebagainya, yang sangat dibutuhkan pada saat puasa.
Karena ada banyak konsumen yang takut keluarganya tidak mengenakan pakaian (dari atas kepala sampai kaki) yang pantas, maka munculah baju abaru, sepatu / sandal baru, kerudung baru, tas baru dan seterusnya yang sangat dibutuhkan pada saat merayakan lebaran tersebut.
Karena ada banyak konsumen yang ingin memberi support team sepak bola kesayangan mereka (meski dari depan televisi), maka munculah berbagai pernak pernik sepak bola, terutama kaos tim klub kesayangan mereka.
Jadi strategi pemasaran dan penjualan FOMO ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, jauh sebelum era online atau internet marketing muncul.
Pada saat ini, dimana internet adalah bagian dari kehidupan manuasia, maka penggunaan FOMO untuk sttrategi marketing dan sales, bisa lebih beragam dan lebih maksimal lagi.
Contoh Aplikasi FOMO dalam Strategi Pemasaran dan Penjualan
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana menggunakan FOMO dalam strategi penjualan (sales strategy) maupun dalam strategi pemasaran (marketing strategy), yaitu :
Berikan Batas Waktu
Teknik ini sangat sering digunakan dan masih sangat ampuh untuk meningkatkan penjualan.
Teknik yang digunakan adalah diskon yang akan diberikan jika melakukan pembelian atau pemesanan pada waktu yang ditentukan atau sebelum waktunya berakhir.
Model ini banyak diterapkan dalam penjualan tiket, dengan early birdnya, atau pembelian sebelum tanggal sekian mendapatkan harga khusus.
Hanya saja teknik batasan waktu ini kadang membuat konsumen mengambil keputusan last minutes, pada detik-detik terakhir, atau mereka akan mengatakan ‘ah nanti saja, kan masih ada waktu”.
Stok Terbatas
Teknik penjualan dengan embel-embel stok terbatas juga sering digunakan untuk menggerakkan konsumen dan menciptakan penjualan.
Bahkan metode ini akan lebih baik dibandingkan dengan teknik batas waktu, karena stok terbatas tidak bisa dikendalikan oleh konsumen.
Konsumen tidak bisa memprediksi, kapan stok akan habis, bisa satu hari, satu minggu, atau mungkin dalam satu jam.
Apalagi jika dikombinasikan dengan penayangan mereka yang melakukan pembelian, tanpa mencantumkan berapa stok yang masih tersisa.
Kembali teknik penjualan ini memanfaatkan sifat manusia yang khawatir, yaitu tidak kehabisan barang (stok habis).
Tunjukan Sisa Stok
Model ini hampir sama dengan stok terbatas, hanya saja pada model ini stok barang akan ditunjukan ke konsumen, barang apa tersisa berapa.
Model ini sangat cocok untuk barang-barang dengan edisi yang terbatas, baik jumlah barang yang terbatas, warna tertentu atau model tertentu yang terbatas, atau hal lainnya.
Penjual dan pemasar bisa mencantumkan bahwa stok barang ‘A’ tinggal sekian pada hari / jam sekian.
Atau bisa juga dengan mencantumkan model ‘X’ tinggal warna merah dan biru saja, sementara untuk model ‘Y’ warna hijau dan kuning yang sudah tipis.
Tunjukkan Mereka Yang Telah Membeli
Teknik ini mirip dengan endorsment, yaitu menunjukkan siapa saja yang telah melakukan pembelian produk tersebut.
Jika ada orang-orang tertentu, yang memiliki pengaruh, atau orang cukup dikenal, atau perusahaan yang cukup kredibel melakukan pembelian, sebisa mungkin tunjukkan , bahwa produk tersebut juga digunakan oleh mereka.
Hal-hal yang semacam ini akan membantu meningkatkan kepercayaan konsumen atau pasar terhadap perusahaan dan produk tersebut.
Bonus Khusus Sekian Pembeli Pertama
Memberikan bonus atau pelayanan khusus kepada sekian orang pembali pertama juga bisa dilakukan untuk menarik minat konsumen.
Bonus bisa bermacam-macam, mulai dari yang berbentuk diskon, barang laian atau yang sejenis (dengan ukuran / packagin lebih kecil), voucher untuk belanja berikutnya, dan lain-lain.
Bentuk pelayanan khusus juga ada bermacam-macam seperti diberikan ongkos kirim gratis kepada sekian pembeli pertma tersebut.
Teknik ini akan membuat konsumen berusaha untuk menjadi yang pertama, dalam artian masuk dalam kuota tersebut dengan harapan mendapatkan bonnus atau pelayanan khusus tersebut.
Menciptakan Situasi Kompetitif
Teknik ini banyak digunakan dalam penjualan secara langsung, misal pada saat ada event, dimana proses penjualan dilakukan dengan konsep kompetisi.
Konsep konpetisi hanya bisa dilakukan jika barang yang dijual dibatasi atau memang terbatas dan peminat harus ada beberapa orang.
Intinya diciptakan barang dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan jumlah peminat / calon konsumen.
Misalkan, pada sesion pertama atau pada heri pertama event ini akan dilakukan penjualan terhadap sekian unit produk saja, dimana akan ada penawaran khusus atau berbagai bonus.
Proses penawaran dilakukan mulai dari awal acara (sebagai teaser-ad), yang diharapkan audiens yang ada akan berebut untuk membeli karena takut kehabisan barang.
Ingat konsepnya, yang ditawarkan diawal hanya sedikit barang dengan penawaran ekslusif, sembari untuk mengukur seberapa besar minat audiens untuk membali produk tersebut.
Baca juga :
Co-Branding, Strategi Aliansi yang Layak Dipertimbangkan
Meningkatkan Penjualan dengan Teknik Penjualan SPIN Selling
Diskon, Strategi untuk Meningkatkan Penjualan Anda
Demikian sedikit bahasan kita mengenai strategi penjualan dan pemasaran dengan menggunakan teknik FOMO marketing (FOMO – Fear Of Missing Out).
Sedangkan sebagai sebuah konsep penjualan dan pemasaran, FOMO artinya adalah teknik penjualan dan atau pemasaran dengan memanfaatkan perasaan konsumen akan rasa takut akan kehilangan sesuatu, kehabisan sesuatu atau ketinggalan sesuatu.
Kebalikan dari FOMO adalah JOMO yang merupakan akronim untuk Joy Of Missing Out.
JOMO kalau diartikan secara bebas kurang lebih adalah menikmati sesuatu yang ada saat ini, tanpa terbebani untuk harus melihat apa yang sedang menjadi tren. (kita akan bahas di artikel yang lain.)
Terima kasih sudah berkunjung ke blog distribusi pemasaran dotcom, semoga Anda mendapatkan manfaat.
Salam Sukses Sehat dan Bahagia
Picture : Freepix